Mensyukuri Nikmat Lahir dan Batin

Ahmad Sidik, S.Mn-Adam-radarbengkulu
Saudara-saudara seiman, di antara nikmat batin adalah nikmat teragung yang tidak sebanding dengan nikmat apapun.
Yaitu nikmat iman kepada Allah dan nikmat-nikmat yang mengikutinya, yaitu berserah diri kepada Allah, mencintai orang-orang shaleh, kokohnya keyakinan kita kepada Allah, mengagungkan ilmu agama dan semacamnya. Iman kepada Allah dan Rasul-Nya adalah modal utama bagi seorang muslim, sehingga ia adalah nikmat yang paling agung, paling utama dan paling tinggi yang diberikan kepada manusia.
Orang yang diberi dunia (harta, jabatan dan semacamnya) namun tidak diberi iman, maka seakan ia tidak diberi nikmat apapun. Sebaliknya, orang yang diberi iman dan tidak diberi dunia, maka seakan ia tidak terhalang dari satu nikmat pun.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya: “Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla memberikan (nikmat) dunia kepada orang yang Ia cintai dan kepada orang yang tidak Ia cintai, dan tidak memberikan nikmat agama kecuali kepada orang yang Ia cintai.” (HR. Ahmad)
Diantara nikmat ada juga yang merupakan akibat atau buah dari nikmat iman. Nikmat ini tampak pada anggota badan seseorang, seperti melaksanakan kewajiban, menjauhi perkara haram dan memperbanyak amal sunnah.
Nikmat iman sebenarnya adalah nikmat batin, akan tetapi pengaruhnya terlihat pada anggota badan. Iman adalah syarat diterimanya amal shaleh. Tanpa iman, bentuk amal kebaikan sebanyak apapun tidak akan diterima oleh Allah ta’ala.
Orang yang mati dalam keadaan tidak iman akan datang di hari kiamat tanpa memiliki sedikit pun kebaikan. Karena, ia tidak mengenal Allah dan tidak beriman kepada-Nya. Sedangkan seorang muslim yang tidak bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya, lalu meninggal sebagai pelaku dosa besar, maka ia tergantung pada kehendak Allah. Jika Allah menghendaki, Ia akan menyiksanya dan jika Allah menghendaki, Ia akan mengampuninya.
Sedangkan orang yang diberi taufiq untuk bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya yang lahir dan batin, dengan melaksanakan perintah Allah, sehingga ia melaksanakan kewajiban dan menjauhi perkara haram serta menggunakan anugerah nikmat untuk menaati Tuhannya, maka balasan dari Tuhannya adalah kenikmatan yang abadi, yang tidak akan punah dan sirna.
Allah ta’ala berfirman:Maknanya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itulah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka dari Tuhannya adalah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridla terhadap mereka dan mereka pun ridla kepada-Nya. Itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (QS. al Bayyinah: 7-8).
Mereka adalah makhluk yang paling berbahagia, karena Allah ridla terhadap mereka sebagaimana mereka ridla kepada-Nya. Ridla Allah adalah salah satu sifat-Nya, yang tidak menyerupai ridla makhluk. Karena makna ridla Allah adalah kehendak untuk memberikan nikmat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: radarbengkulu