Mengaktualisasikan Nilai Pelaksanaan Ibadah Haji dan Kurban

Mengaktualisasikan Nilai Pelaksanaan Ibadah Haji dan Kurban

Sukran Jayadi, M.Pd.I-Adam-radarbengkulu

 

Kaum muslimin dan muslimat jamaah shalat Idul Adha Rohimakumullah.

 

Kenikmatan yang kita rasakan tidak akan berkurang sedikitpun ketika harus meneluarkan biaya untuk menunaikan ibadah haji dan dibagi dengan orang lain melalui pembelian dan penyembelihan hewan kurban. Kita harus menyadari bahwa sesungguhnya hakikat memberi adalah menerima.   Manusia tidak perlu khawatir karena nikmat Allah SWT sangatlah banyak. Bahkan, karena begitu banyak nikmat tersebut kita tidak bisa untuk menghitungnya. 

Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS: An-Nahl : 18)

 

Dengan pengorbanan harta melalui pelaksanaan ibadah haji dan pemotongan hewan kurban ini, kita juga akan mampu semakin dekat dengan Allah SWT. Hal ini selaras dengan makna kurban itu sendiri. Yakni berasal dari bahasa Arab qariba-yaqrabu-qurban wa qurbanan wa qirbanan, yang artinya dekat.

Sehingga kurban adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan mengerjakan sebagian perintah-Nya. 

 

Dan masalah kurban ini dipertegas dalam hadist Rasulullah yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah  yang artinya: ”Amaliah yang paling disukai oleh Allah SWT. Pada hari Raya Haji adalah menyembelih kurban. Pada hari kiamat kelak kurban yang disembelih itu akan datang kepada orang  yang melakukannya seperti keadaan semula, lengkap dengan anggotanya, tanduk dan bulunya. Darah kurban yang disembelih itu jatuh lebih dahulu disuatu tempat yang disediakan oleh Allah SWT  sebelum jatuh ke atas tanah. Oleh karena itu, berkurbanlah dengan penuh keikhlasan.”

 

Hadirin kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia.

Pelaksanaan ibadah haji dan kurban merupakan kilas balik dari fragmenta perjalanan hidup penuh nilai dari Nabi Ibrahim AS beserta keluarganya. Yaitu nilai cinta (mahabbah), nilai juang (mujahadah), dan nilai pengorbanan (tadhhiyah) yang dipersembahkan dengan tulus-ikhlas kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. 

Nilai-nilai inilah yang pada akhir cerita membuat Nabi Ibrahim AS memperoleh pengakuan tertinggi dari Allah SWT sebagai Khalilullah (Kekasih Allah, Kesayangan Allah).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: radarbengkulu