Rahasia Syukur Kepada Allah Swt
Dr. Ismail, M. Ag-Adam-radarbengkulu
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ ولئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
"Jika kamu bersyukur, niscaya Kami akan menambah (nikmat) kepadamu; tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS. Ibrahim: 7).
Prof. Dr. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan bahwa makna syukur yang dimaksud dalam penjelasan ayat ini mengandung makna antara lain ialah “menampakan”, dan ini berlawanan dengan kata kufur yang berarti “menutupi”.
Sehingga, pada hakikatnya syukur ialah menampakan nikmat dengan menggunakannya dengan sebaik mungkin dan sesuai dengan kehendak Sang pemberi yakni Allah SWT.
Lebih lanjut, beliau memaparkan bahwa munculnya sikap kufur seperti rasa tidak puas hanya menyisakan perasaan tersiksa bagi jiwanya sendiri. Sikap ini sia-sia belaka, karena sama sekali tidak berpengaruh pada kebesaran dan kekayaan Allah SWT.
Sulaiman al-Bujairami menukil pendapat Qasim al-‘Abbadi, yang menyatakan bahwa ketika seorang hamba memanfaatkan semua anugrah Allah padanya dalam waktu bersamaan maka disebut Syakur (banyak bersyukur). Adapun seorang yang menfaatkannya dalam waktu yang berbeda-beda maka dinamai Syakir.
Hadirin Ma’asiral Muslimin Jamaah Jumat Rakhimakumullah
Sementara itu, menurut Fakhruddin ar-Razi dalam kitab Mafatihul Ghaib beliau menjelaskan bahwa kandungan utama dalam Surat Ibrahim ayat tujuh itu setidaknya ada tiga pelajaran yang dapat diambil. Pertama, pada hakikatnya syukur merupakan ungkapan rasa pengakuan diri atas nikmat dari yang Maha Pemberi, yaitu Allah SWT.
Kedua, janji Allah untuk menambah kenikmatan bagi yang merasa bersyukur. Nikmat tersebut bisa berbentuk jasmani maupun rohani. Nikmat rohani ini jika benar-benar dirasakan maka akan mencapai maqam (derajat) tertinggi yakni cinta kepada-Nya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: radarbengkulu