Kemuliaan Bulan Syakban dan Persiapan Menyambut Ramadhan 1446 Hijriah

Kemuliaan Bulan Syakban dan Persiapan Menyambut Ramadhan 1446 Hijriah

Syukran Jayadi, S. Sos. I., M. PD. I-Adam-radarbengkulu

Ayat tersebut menjadi bukti kedudukan Rasulullah SAW yang tinggi. Wajar sekali bila Syekh Abdul Qadir al-Jailani  dalam menganjurkan umat Islam untuk memperbanyak shalawat di bulan Sya'ban, di samping bergegas membersihkan diri atau bertobat dari kesalahan- kesalahan yang sudah lewat guna menyambut bulan  Ramadhan dengan hati yang bersih.

 

Kedua, Bulan Sya'ban juga menjadi sejarah dimulainya Ka'bah menjadi kiblat umat Islam, yang sebelumnya adalah Masjidil Aqsha.

Peristiwa peralihan kiblat ini ditandai dengan turunnya surat al-Baqarah ayat  144 yang artinya : “Sungguh Kami melihat wajahmu kerap menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkanmu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram.”

 

Saat menafsirkan ayat ini, Al-Qurthubi dalam kitab Al-Jami‟ li Ahkâmil Qur‟an dengan mengutip pendapat Abu Hatim Al-Basti mengatakan bahwa Allah SWT memerintahkan Rasulullah SAW untuk mengalihkan kiblat pada malam Selasa bulan Sya'ban yang bertepatan dengan malam Nisfu Sya'ban.

Kiblat menjadi simbol tauhid karena seluruh umat  Islam menghadap pada satu tujuan. Beralihnya kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram juga menegaskan  bahwa Allah SWT tidak terikat dengan waktu dan tempat. Hal ini ditunjukkan dengan sejarah perubahan ketetapan kiblat yang tidak mutlak dalam satu arah saja. Umat Islam tidak sedang menyembah Ka'bah ataupun Masjidil  Aqsha, melainkan menyembah Allah SWT.

 

Ketiga, bulan Sya'ban merupakan diturunkannya kewajiban berpuasa bagi umat Islam yaitu surah AlBaqarah ayat 183. Imam Abu Zakariya an-Nawawi dalam al-Majmû„ Syarah Muhadzdzab menjelaskan bahwa Rasululah SAW menunaikan puasa Ramadhan selama sembilan tahun selama hidup, dimulai dari tahun kedua Hijriah setelah kewajiban berpuasa tersebut turun pada  bulan Sya'ban.

Puasa merupakan kegiatan penting guna meredam nafsu yang sering menuntut dimanjakan. Melalui puasa, manusia ditempa secara ruhani untuk  menahan berbagai godaan duniawi, bahkan untuk hal-hal yang dalam kondisi normal (tak berpuasa) halal. 

 

Menahan diri dari hal-hal halal seperti makan, minum, berhubungan dengan istri, menjadi sinyal kuat bahwa sesungguhnya ada yang lebih penting dari kenikmatan  dunia yang fana ini, yakni kenikmatan Akhirat, berjumpa dengan Allah subhanahu wata‟ala.

Bulan Ramadhan merupakan bulan paling mulia di antara bulan-bulan lainnya. Artinya, Sya'ban merekam sejarah penting “diresmikannya” kemuliaan Ramadhan dengan difardhukannya puasa bagi kaum mukminin selama sebulan penuh. Sya'ban menjadi tonggak menyambut bula suci sebagai anugerah besar dari Allah yang melipatgandakan pahala segala amal kebaikan di bulan Ramadhan.

 

Rasulullah shallahu „alaihi wa sallam memberikan  teladan kepada kita bahwa beliau memperbanyak puasa di bulan Sya‟ban sebagaimana diceritakan oleh Sayyidah 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: