Ujian Keimanan

Jumat 27-10-2023,04:00 WIB
Reporter : Adam
Editor : Yar Azza

Hadirin Ma’asiral Muslimin Jamaah Jum’at Rakhimakumullah

Bila kita memperhatikan secara seksama surat al-Baqarah ayat 214 di atas, ada tiga bentuk ujian Allah yang perlu dipahami.

Pertama, Al-Quran menggunakan istilah berupa kata Al-ba’sa’u (malapetaka) Al-ba’sa’u adalah bentuk ujian Allah kepada orang muslim yang paling ringan tingkatannya.

 

Kalau menggunakan istilah zaman sekarang Allah menguji seseorang dengan bentuk celaan, perundunggan (bullying) atau perkataan pedas netizen yang tidak bertanggungjawab.

Dalam sejarah hal ini pernah dialami oleh Rasulullah SAW ketika berada di Makkah, beliau disebut penyihir, pembohong, pemecah belah suku Quraisy, dan banyak lagi tuduhan atau hinaan kaum Quraisy lainnya.

 

Selain itu, para Sahabat Rasulullah SAW pun mendapati celaan dan makian dari keluarga, sanak, kerabat, tetangga, pemimpin suku hingga pasangan mereka.

Begitu juga para ulama terdahulu yang mendapatkan fitnahan, caci-makian dan tuduhan yang negatif untuk menjatuhkan harkat-martabat, marwah serta wibawa para ulama.  

 

Kedua, Al-Qur’an menggunakan istilah berupa kata Wad-darra’u (kesempitan/kesengsaraan). Wad-darra’u adalah bentuk ujian bersifat fisik.

Seperti penyiksaan, pemboikotan, pemenjaraan, peperangan, dan siksaan fisik lainnya. Hal ini pula terjadi pada diri Rasulullah SAW dan para Sahabatnya ketika akan hijrah ke Yastrib (Madinah) bersama Abu Bakar r.a.

 

Pada saat itu keberadaan Rasulullah SAW selalu dipantau oleh Abu Hakam (Abu Jahal) bersama perwakilan setiap suku yang kuat dan dibekali senjata tajam untuk membunuh Rasulullah.

Akan tetapi atas izin Allah hal itu tidak terjadi. Justru Allah menidurkan mereka, sedangkan yang menggantikan Rasulullah SAW di atas pembaringannya adalah Ali bin Abi Thalib r.a. Begitu pula dengan keluarga Yasir, Bilal ibn Rabah, Abu Hudaifah, dan Abu Bakar r.a.

 

Kategori :