Tidak Gentar, Guru Honorer Ini Bertaruh Nyawa Demi Tugas Mulia, Tumpukan Limbah Batu Bara jadi Sahabat

Tidak Gentar, Guru Honorer Ini Bertaruh Nyawa  Demi  Tugas Mulia,  Tumpukan Limbah Batu Bara jadi Sahabat

Desi Eka Putri sedang melewati jalan menuju sekolah tempat dia mengajar-Agus-

 

 

BENTENG, RADARBENGKULUONLINE.COM  –  Desi Eka Putri, salah seorang guru honorer di SD Negeri 39 Desa Tanjung Raman, Kecamatan Taba Penanjung, Kabupaten Benteng tak gentar menerjang jalan rusak dan bahkan ketika hujan melanda jalan berlumpur demi menjalankan tugas mengajar setiap harinya.  

Tak hanya berlumpur, jalan menuju sekolah ini melewati perkebunan dan belum lagi sisinya adalah tebing. Perjuangannya semakin berat saat musim hujan tiba. Dia harus berlumur lumpur, dan melewati genangan air saat berangkat dan pulang dari sekolah.

Bahkan jalan yang dilewatinya selama belasan tahun ini sudah pernah memakan korban jiwa beberapa tahun silam. Yakni salah seorang pekerja pencari limbah batubara di sungai desa setempat harus meregang nyawa karena mobil hilux dobel gardan yang biasa ditumpanginya terbalik saat melintasi jalan rusak berlumpur saat hujan mengguyur, ini dilakukan demi mencari nafkah untuk keluarganya. 


Desi Eka Putri hendak menaiki mobil membawa limbah batu bara-Agus-

"Jalannya itu bukan rusak. Tapi hancur. Nggak ada aspalnya lagi. Lubang di mana-mana. Kalau hujan pasti licin dan berlumpur. Sangat berbahaya," terangnya kepada  RADARBENGKULUONLINE.COM   tadi siang.

BACA JUGA: Tiga Bulan Baru Bisa Diambil, 40 Motor, 1 Mobil Diamankan Dari Operasi Balap Liar

Akibat kondisi jalan yang rusak parah tersebut, dirinya terpaksa harus menumpang mobil limbah batubara agar bisa datang ke sekolah untuk mengajar.

Menurutnya, jalan rusak dan tumpukan karung limbah batubara telah menjadi sahabat perjalanan pahlawan tanpa jasa ini untuk mencerdaskan anak bangsa.

"Terkadang kami terlambat datang ke sekolah karena menunggu tumpangan mobil pengangkut limbah batubara," terangnya.


Inilah jalan yang harus dilewati Desi Eka menuju sekolahnya setiap hari-Agus-

Dijelaskan, perjalanan yang harus ditempuh menuju sekolah sekitar 1 jam, selama itu pula ia harus berkutat dengan debu limbah batubara. Tidak jarang limbah menjejakkan noda hitam di pakaiannya.

"Semua saya jalani demi memenuhi semangat belajar anak-anak di sekolah," tegasnya.

Sementara itu, meski berstatus guru honorer, namun dedikasinya tidak luntur meski tiap bulan ia hanya menerima gaji Rp 350 ribu yang bersumber dari dana BOS.

"Saya berharap Pemkab Benteng bisa segera memperbaiki jalan lintas yang rusak parah ini, agar akses menuju sekolah bisa lancar," pintanya. 

BACA JUGA:Inilah Riwayat Selingkar Tanah Bengkulu Tempo Dulu (29), Pangeran M Sjah Wafat, Kerajaan Bangkahulu Berakhir

Dibagian lain, Kepala SDN 39 Tanjung Raman, Muslim menjelaskan, keberadaan guru honorer menjadi tumpuan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di SD Negeri 39 Benteng.


Desi Eka Putri sedang mengontrol muridnya yang sedang belajar-Agus-

"Kalau bekerja gak didasari dengan ikhlas, maka berkahnya kurang. Itu jadi motivasi para guru disini. Meski demikian kami sangat berharap pemerintah bisa segera memprioritaskan pembangunan jalan. Karena disini bukan hanya ada SD, tapi juga SMP," harapnya. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: