Cerpen: NANDAK

Cerpen: NANDAK

Siti Mutmainah-Fahmi-radarbengkulu

“Haruskah aku pulang? Aku terlalu takut. Bagaimana jika aku mencobanya hasilnya sama?” Nandak kembali meneteskan air matanya, membahasnya membuat ia merasa sangat mustahil.

“Pulanglah saat matahari terbit. Ayahmu tak pernah benar-benar membencimu. Kamu tidak akan tau jawabannya jika hanya duduk di bawah sini,” ujar Peri Berin.

Setelah mendengar cerita Panjang dari Peri Berin, Nandak tertidur pulas di bawah pohon besar itu.

“Nandakkkk…. Nandakkk…” teriakan lirih Sumardi mencari sang anak yang benar- benar meninggalkan rumah di saat bulan masih menerangi bumi.

Nandak yang sedang tertidur nyenyak terbangun saat mendengar samar-samar suara yang selama ini ia takuti.

“ ayahhhh!”

 

“Nandak, kenapa kamu disini malam-malam? Pulang kamu.. cepattt pulangggg!!!” bentak Sumardi pada Nandak sambal menarik tanganya.

Sesampainya di rumah, Nandak cepat-cepat masuk kekamarnya. Takut-takut sang ayah akan kembali memukulinya. Di kamarnya ia menatap langit-langit kamarnya sambil berpikir hal apa yang harus ia lakukan untuk mendekati sang ayah.

 

Saat sibuk berpikir, tiba-tiba Sumardi masuk kekamar Nandak. Sumardi lalu duduk di pinggir kasur Nandak. Sedangkan Nandak yang ketakutan setengah mati memilih untuk berpura-pura tidur.

“Syukurlah kamu tidak pergi terlalu jauh nak. Mau kemana kamu di malam hari ini, maafkan ayah,” ujar Sumardi lirih sambil mengelus kepala Nandak dengan lembut sampai Nandak benar-benar tertidur.

 

Keesokannya pagi-pagi buta, Nandak sudah berada di dapur untuk memasak beberapa makanan yang ada di sana. Lalu membungkusnya dengan daun pisang dan memasukannya kedalam keranjang.

Saat Sumardi bersiap-siap untuk berangkat kesawah, Nandak menghampirinya dengan wajah tertunduk. Menyembunyikan ketakutannya dalam-dalam dan menyerahkan keranjang berisi lauk dan nasi yang sudah ia masak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: radarbengkulu

Berita Terkait