Cerpen: NANDAK
Siti Mutmainah-Fahmi-radarbengkulu
Nandak tidak menggubris Peri Berin dalam waktu yang cukup lama. Dia hanya menatap Peri Berin tak percaya.
“Hey ada apa? Jangan menangis. Wajahmu sangat menyedihkan. Aku tidak tahan melihatnya,” Peri Berin turun dari ayunannya lalu menghapus air mata Nandak.
“Siapa namamu raksasa?” tanya sang Peri.
“Tidak. Aku bukan raksasa. Aku Nandak. Aku adalah manusia.”
“Kenapa kamu disini? Matahari bahkan belum berniat menunjukkan dirinya, para raksasa biasanya tidak tidur di bawah sini, bahkan di siang hari.”
BACA JUGA:Cara Agar Baterai Laptop Tidak Cepat Panas dan Tidak Cepat Habis
“Ayahku mengusirku dari rumah. Tubuhku sangat lemah. Aku sudah tidak sanggup berjalan lagi, jadi aku memutuskan untuk beristirahat.”
“Mengapa dia melakukan itu? Aku tau, apa itu ayah raksasa yang memiliki banyak keriput di wajahnya dan berambut putih?” tanya Peri Berin.
“Dia tidak menginginkanku. Dia menginginkan anak laki-laki yang bisa membantunya mencari uang. Sedangkan aku yang anak perempuan lemah yang tidak bisa melakukan apa-apa,” jelas Nandak sambil menundukkan kepalanya sedih.
“Kamu ingin mendengar sebuah cerita tentang anak perempuan dan ayah?” tanya Peri Berin lalu duduk di Pundak Nandak. Nandak kemudian mengangguk. Mengiyakan tawaran Sang Peri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: radarbengkulu