Cerpen: NANDAK

Cerpen: NANDAK

Siti Mutmainah-Fahmi-radarbengkulu

Dia ingin memejamkan matanya, tapi dia benar-benar tidak bisa. Akhirnya dia memberanikan diri untuk menghampiri Sumardi dan meminta Sumardi untuk mengelus kepalanya seperti yang biasa dilakukan oleh Tari. Namun, bukannya mendapatkan belaian lembut, Sumardi malah mengusirnya dari rumahnya.

 

 “Kamu tidak tau, saya Lelah berkerja seharian di bawah sinar matahari. Kamu hanya berdiam diri di rumah tanpa melakukan apapun. Jangan mengganggu saya. Pergi dari hadapan saya atau lebih baik lagi pergi dari rumah ini.”

Terlalu sakit hati mendengar ucapan sang ayah, akhirnya di tengah kegelapan malam Nandak berjalan meninggalkan desa kecil tersebut. Ia meninggalkan desa kelahiranya, ayahnya, dan penderitaan yang semakin lama semakin menyakitinya.

BACA JUGA:10 Nama Hewan Dalam Bahasa Serawai Manna, Bikin Nyengir Sendiri, Selain Setuau dan Kaput Masih Banyak Lagi

 

Tak lama Nandak berjalan, baru melewati perbatasan desa, rasa lelah mulai menjulur dari kaki sampai keseluruh tubuhnya. Lapar dan haus ikut ia rasakan. Akhirnya Nandak memutuskan singgah di sebuah pohon Beringin besar.

Di bawah pohon mengerikan, dan angin dingin menusuk, nyaris membuat kulit terasa mati rasa. Nandak menangis sesegukan, menanyakan apa yang salah dengannya. Mengapa ayahnya sangat membencinya. Apa yang harus dia lakukan agar sang ayah setidaknya mau mengelus kepalanya saat dia ingin tidur.

 

“Hey, kenapa kamu menangis raksasa?” tanya seekor makhluk kecil yang sedang duduk diayunan yang terbuat dari akar-akar pohon beringin.

Makhluk itu menggunakan pakaian yang sepertinya terbuat dari dedauan kering. Makhluk kecil itu berambut panjang dengan warna agak kemerah-merahan. Kulitnya amat putih. Wajahnya sangat cantik. Dibelakangnya terdapat sepasang sayap yang terus bergerak tertutup dan terbuka. Nandak sangat terpukau melihatnya dia menggosok-gosok matanya.

BACA JUGA:10 Kata dari Kamus Bahasa Mukomuko yang Unik, Mulai Seniri-niri, Cecedol hingga Sebutan Bengkulu Saja Berbeda

 

 “Apakah aku sudah tertidur? Apakah ini mimpi?” makhluk kecil itu tertawa kecil.

“Tidak. Ini bukan mimpi.Namaku Berin. Aku adalah peri yang tinggal di pohon ini. Kenapa kamu duduk sendirian di sini? Kamu tidak takut?” tanya Peri Berin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: radarbengkulu

Berita Terkait