KETIKA LAUT TERTUMPAH
Lekat S. Amrin-Hendri-radarbengkulu
Rupanya beberapa saat gempa itu telah berhenti. Seketika Eliza memandang wajah Adam. Rasa ketakutan sedikit berubah penuh harap.
“Gempanya berhenti Mas…,” kata Eliza lirih dan manja.
Adam mengangguk sambil melihat sekeliling villa.
“Ya, betul gempanya telah berhenti,” sahut Adam pula.
“Kau tak perlu takut lagi,” desis Adam di telinga Eliza dengan lembut.
Keduanya masih berpelukan di teras itu. Tampak masih terpaku sembari melempar pandangan ke tengah laut lepas. Burung laut semakin ramai di atas permukaan pantai Ulee Lheue. Kedua orang itu pun mencoba turun dari teras dan menginjak pasir. Mencoba rileks setelah keterkejutan oleh gerakan tektonik bumi.
Dengan masih berpakaian minim Adam dan Eliza mencoba menyusuri keindahan pantai di Ulee Lheue Aceh yang terkenal itu. Keduanya mencoba melupakan keterkejutan sambil bergandengan tangan dengan mesra. Benar-benar keduanya bagai sedang dimabuk asmara.
Namun nun jauh di tengah laut sana, tanpa disadari oleh kedua manusia itu bahwa ada pergerakan raksasa pelahan menuju pantai. Tak diketahui sebelumnya, laut di pinggiran bagai terhisap ke tengah, lalu batu karang pun bermunculan. Kelihatan dengan jelas air laut bagai mengering.
Bergulung hitam bagai bukit barisan, mungkin setinggi berapa depa dari permukaan pantai. Angin pun berdesir terhembus dari tengah, seolah menyampaikan bisikan ke daratan bahwa laut akan tertumpah.
Benar. Gemuruh itu datang. Suaranya sangat asing dan tak pernah terdengar sebelumnya. Adam dan Eliza baru sadar bahwa gulungan raksasa itu sudah sangat dekat. Keduanya menoleh ke tengah dengan terkejut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: radarbengkulu