KETIKA LAUT TERTUMPAH
Lekat S. Amrin-Hendri-radarbengkulu
Ketika sadar Adam dengan lirih terus mengucap “Allahuakbar”. Berkali-kali.
Sebulan kemudian Adam hampir pulih. Dia diam-diam sering menangis di malam hari. Dalam hati yang terdalam dia mau tobat terhadap semua kemaksiatan yang dilakukannya. Dia ingin menebus dosa yang telah dilakukannya selama ini.
Sekaya apa pun dia, uang ratusan miliar, harta melimpah, sungguh tak ada yang dapat menolongnya di saat Tuhan mencoba kedahsyatan-Nya. Adam yakin kayu sepotong yang disorongkan padanya tidak lain karena dia diberi pertolongan Allah di saat dia putus asa dengan menyebut “Allahuakbar.” Itu sungguh keajaiban yang dialaminya.
Di hari lain, Adam menyaksikan berita televisi. Bahwa pantai Ulee Lheue Beach Banda Aceh telah datar. Tidak ada lagi yang tersisa. Adam tak ingin mengingat lagi dimana villa mewah miliknya, atau teman maksiatnya masih hidup atau sudah tewas. Semua sudah dihancurkan oleh kedahsyatan Yang Kuasa.
Dengan kaki yang pincang Adam menatap keluar kamp penampungan bencana tsunami. Baginya kini kekayaan yang paling berharga adalah keluarga. Petugas relawan telah menjanjikan padanya bahwa keluarganya dari Jakarta akan segera datang besok.
BACA JUGA:CERPEN: Pemanjat Kelapa
@kisah ini terinspirasi dari cerita yang disampaikan sahabat dari Aceh bernama Gure Safrizal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: radarbengkulu