Sebagaimana kita ketahui, Nabi Ibrahim mendapat perintah untuk memindahkan Siti Hajar dan anaknya Ismail AS ke Makkah dan meninggalkannya, terasa berat untuk melakukan hal ini, bukan semata-mata karena harus berpisah dengan istri dan anak, tapi juga karena Makkah pada waktu itu belum ada kehidupan.
Tidak ada manusia, tumbuh-tumbuhan, binatang bahkan air sekalipun. Sikap berbaik sangka kepada Allah membuat Ibrahim dan Siti Hajar yakin bahwa tidak mungkin Allah Swt punya maksud buruk dalam memerintahkan sesuatu.
Memang harus kita sadari bahwa ketika Allah Swt memerintahkan sesuatu itu berarti Allah ingin mewujudkan kemasalahatan atau kebaikan-kebaikan dan ketika Allah melarang, itu berarti Allah ingin mencegah terjadi mafsadat atau kerusakan-kerusakan yang akan menimpa manusia.
Dalam kehidupan masyarakat kita sekarang, banyak orang yang telah hilang sikap optimismenya, sehingga terasa tidak mungkin ada perubahan yang lebih baik. Ini merupakan sikap yang berbahaya dan harus dihindari. Karena, seseorang menjadi apatis atau masa bodoh dengan berbagai persoalan yang ada di sekitarnya.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu
Kaum Muslimin jamaah yang berbahagia
Keempat, Kritis terhadap berbagai persoalan dan kemunkaran
Nabi Ibrahim mencontohkan sikap kritis ini ketika ia pada proses mencari Tuhan.
Sikap kritis akan membuat kita tidak akan membiarkan setiap bentuk kemunkaran dan kemaksiatan terus berkembang. Hal ini karena kemunkaran dan kemaksiatan akan membuat kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan bangsa menjadi terpuruk.
Allah Swt akan mengutuk siapa saja yang membiarkan kemunkaran. Apalagi pelaku kemunkaran, hal ini dinyatakan dalam firman-Nya yang artinya sebagai berikut: