WARSI dan WALHI Garap Perhutanan Sosial Desa Air Tenam, Gusnan Ajak Diskusi Serius

WARSI dan WALHI Garap Perhutanan Sosial Desa Air Tenam, Gusnan Ajak Diskusi  Serius

Bupati Bengkulu Selatan Gusnan Mulyadi,SE.MM memberikan penjelasan kepada KKI WARSI, WALHI terkait kondisi wilayah yang ada di Desa Air Tenam, Kecamatan Ulu Manna-fahmi-

 

RADARBENGKULU, DISWAY.ID - Komunitas Konservasi Indonesia WARSI (KKI WARSI) dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) bersama Bupati Bengkulu Selatan Gusnan Mulyadi,SE.MM beserta DLKH Provinsi Bengkulu dan KPHL Bengkulu Selatan mendiskusikan beberapa hal yang terkait dengan Ekonomi Pemulihan dan Pembayaran Berbasis Hasil Peluang dan Tantangan.

 


Program tersebut adalah Program Perhutanan Sosial di Air Tenam.  Skema yang didiskusikan yakni skema Hutan Tanaman Rakyat (HTR) dan Hutan Kemasyarakatan (HKm) masih membutuhkan dukungan para pihak.

 

 

Saat ini, Komunitas Konservasi Indonesia WARSI (KKI WARSI) sedang mengembangkan Model Community Payment for Ecosystem Service(PES)di Desa Air Tenam Kecamatan Ulu Manna Kabupaten Bengkulu Selatan.

BACA JUGA:Warga Pasar Tais Dapat Air Bersih Gratis dari Bupati Seluma

 

 

Tujuannya Agar bisa terus melestarikan hutan dan mensejahterakan masyarakat dapat terwujud. Salah satu dukungan yang dibutuhkan adalah membangun sinergi pembangunan Perhutananan Sosial, dengan menyelaraskan aspek sosial, ekonomi, dan ekologi.

 

 

Tema ini telah menjadi materi perbincangan serius, bukan hanya di level global tetapi juga di Indonesia yang sering dikaitkan dengan isu deforestasi dan perubahan iklim, termasuk soal manfaat keberlanjutan yang bisa diperoleh oleh masyarakat adat dan komunitas lokal dalam mengurus dan mengelola sumber-sumber penghidupannya.

BACA JUGA:Survei PRC: Kanedi, Sultan, Destita dan Imron Peraih Elektabilitas Tertinggi

 

 

"Sebagian area kerja Perhutanan Sosial di Desa Air Tenam, masih berupa tutupan hutan yang baik. Sebagian lainnya sudah menjadi areal budidaya masyarakat, namun secara ekonomi belum memberikan hasil yang signifikan karena produktivitasnya masih rendah. Salah satu penyebabnya adalah kapasitas masyarakat  kita dalam pengelolaan yang juga masih lemah. Hal ini bisa berdampak pada kondisi kualitas ekologi yang semakin rendah,"kata Gusnan Sabtu(13/05) lalu.

 

 

Agar Kualitas ekologinya terjaga, perlu kiranya dilakukan gerakan restorasi ekosistem yang bisa dijadikan sebagai model, yang bisa dikembangkan dalam gerakan yang lebih luas. Untuk mendukung hal tersebut, beberapa inisitaif yang sudah dilakukan diantaranya program Tree Adoption (pohon asuh) dan Baby Tree, serta sedang mencari peluang lainnya untuk mendukung masyarakat dalam mengelola hutan secara berkelanjutan.

BACA JUGA: Gubernur Rohidin: Jurnalis Dibutuhkan Untuk Urusan Stunting yang Sistemik & Kronik

 

 

Untuk memperkuat dukungan terhadap kegiatan tersebut, KKI Warsi senantiasa berkerjasama dengan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bengkulu Selatan untuk mengimplementasikannya dilapangan. Dalam hal ini, ada pembagian peran sesuai dengan kapasitas dan kewenangannya masing-masing.

 

 

"Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) saat ini menggunakan model perlindungan dan pengembangan Wilayah Kelola Rakyat (WKR) dengan memastikan 4 aspek terpenuhi, yaitu Tata Kuasa, Tata Kelola, Tata Produksi dan Tata Konsumsi, yang mana tujuan kita untuk memulihkan hak-hak rakyat atas lahan dan sumber daya alamnya serta pemulihan fungsi ekologi dan ekonomi rakyat dapat terpenuhi,"pungkas Gusnan.(rls)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: