Menjalin Silaturrahim Untuk Menjaga Kerukunan Bangsa Indonesia

Madsani, S.Ag-Adam-radarbengkulu
Umat Nabi Muhammad SAW berasal dari berbagai suku bangsa, ras, golongan, yang sangat berbeda antara yang satu dengan lainnya. Namun, dapat disatukan dalam satu akidah. Yakni, akidah Islamiyah. Laksana bintang-bintang bertebaran di angkasa yang maha luas, lalu disatukan dengan nama gugusan bintang-bintang.
Begitu juga beranekaragam budaya, corak, adat istiadat, dan warna kulit bangsa Indonesia, lalu disatukan dengan Bhineka Tunggal Ika. Itulah pemersatu bangsa. Sedangkan pemersatu umat dalam beribadah adalah akidah atau tauhid.
Dengan mengikuti jalan petunjuk Allah SWT, maka di dalam mengarungi kehidupan akan menjadi terarah. Pepatah mengisyaratkan, dengan ilmu hidup menjadi mudah. Dengan agama hidup menjadi terarah.
Kedua, pada dasarnya kita diciptakan dari Tuhan yang satu. Dialah Tuhan pencipta alam semesta dan segala isinya. Secara fitrah tersirat makna untuk terus rukun dalam persatuan.
Perihal ini lebih lazim disebut dengan ummatan waahidatan. Umat Islam harus menjadi penengah, umat Islam harus tetap menjaga silaturrahim, umat Islam harus menjadi wasit dan penyeimbang dalam kehidupannya ditengah-tengah beraneka ragam budaya dan agama.
Umat Islam dilahirkan dan dihadirkan ke alam dunia ini sebagai agama penebar silaturahim sosial ditengah-tengah kemajemukan bangsa dan antar bangsa. Kita perhatikan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat ke143 yang artinya:
“ Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan, agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi.''
Kaum muslimin jamaah Jum’at rahimakumullah
Karena di tahun politik yang sedang berlangsung ini, dimana aktivitas politik, pemilihan umum, dan kampanye mendominasi perhatian masyarakat. Bahkan debat politik pertama telah digelar, tentu ada nilai positifnya, yakni memberikan kesempatan kepada masyarakat pemilih untuk partisipasi aktif, meningkatkan kesadaran politik, dan membuka diskusi terbuka mengenai isu-isu penting.
Kampanye politik dapat mengedepankan visi dan pemilihan umum pun memberikan peluang terhadap perubahan positif. Namun, terdapat juga sisi negatifnya, dimana dengan tahun politik bisa membawa risiko.
Seperti polarisasi, konflik, disinformasi, dan potensi kekerasan politik, bahkan ketegangan politik akan terjadi sehingga bisa memicu perpecahan dan menumbuhkan permusuhan dan kehilangan kedamaian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: radarbengkulu