Populasi Sapi di Mukomuko Naik 2 Kali Lipat dan Sapi Mukomuko Dikirim Hingga ke Jambi

Populasi Sapi di Mukomuko Naik 2 Kali Lipat dan Sapi Mukomuko Dikirim Hingga ke Jambi

Populasi Sapi di Mukomuko Naik 2 Kali Lipat dan Sapi Mukomuko Dikirim Hingga ke Jambi-Poto ilustrasi-

Dalam artian bisa mendapat ternak yang besar dengan daging yang banyak.

Sebab, katanya, straw/semen beku pejantan diambil dari sapi pejantan yang berkualitas seperti badan besar dan bobot berat.

Sehingga anak yang diproduksi dari kawin suntik bisa meniru semen pejantan. 

Inseminasi buatan juga menghindari ternak kawin sedarah.

Jika ternak kawin sedarah ada kecendrungan kualitas ternak menjadi turun. Anakan sapi menjadi lebih kerdil. 

"Kalau ternak yang dilepasliarkan biasanya itu kawin alami. Tapi yang terjadi kawin sedarah. Dalam beberapa periode, itu bisa menurunkan kualitas ternak menjadi kerdil, walaupun induk dan pejantannya besar," terang Pitriyani. 

Ia mengatakan, saat ini pemerintah, termasuk Pemkab Mukomuko menyediakan straw kawin suntik.

Selain untuk menjaga kualitas ternak sapi, insiminasi buatan ini, juga bisa mendorong produksi sapi lebih cepat. 

Ia mencontohkan, masa bunting sapi biasanya 9 bulan (sekitar 283 hari) lalu kemudian akan melahirkan.

Setelah melahirkan sapi bisa birahi (siap kawin) setelah 60 hari sampai 90 setelah melahirkan. 

"Ketika muncul tanda-tanda birahi pada indukan sapi, bisa langsung dikawin suntik. Persentase keberhasilan bunting dari insiminasi buatan ini juga cukup tinggi," paparnya. 

Kawin suntik sudah mulai sering diterapkan peternak yang sapinya dikandangkan. Karena sapi cendrung lebih jinak dan mudah melakukan kawin suntik.

Biasanya peternak sapi kandang tidak perlu memelihara pejantan. 

"Sudah banyak peternak yang tidak memelihara pejantan. Tapi ternaknya berkembang terus dengan insiminasi buatan tadi," sampinya. 

BACA JUGA:Dinas Perikanan Mukomuko Membuktikan Belanja Menggunakan E Katalog Bisa Hemat 50 Persen Lebih

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: