6 Gereja Legendaris Bergaya Bangunan Eropa di Surabaya

6 Gereja Legendaris Bergaya Bangunan Eropa di Surabaya

Gereja Legendaris di Surabaya yang memiliki bangunan bergaya eropa belanda-Ist-

BACA JUGA:Cerita Perjuangan Pembangunan Gereja Toraja, Bentuk Bangunan yang Khas Menjadi Daya Tarik Wisata

BACA JUGA:11 Gereja Tertua dan Terindah di Indonesia, Berikut Sejarah Berdirinya

BACA JUGA:5 Gereja Terbesar di Dunia Dengan Arsitektur yang Indah, Berikut Sejarah Singkatnya

Sejak tahun 1938, Sekolah Santa Theresia menjadi Santa Theresia Hulpkerk (Gereja Santa Theresia Bantu) atau Gereja Stasi Ketabang permanen. Awalnya bernama Santa Theresia Hulpkerk, gereja ini berganti nama menjadi Christ Koningkerk atau Gereja Christ the King.

Pada masa pendudukan Jepang, pasukan Jepang menduduki Sekolah Santa Theresa dan Gereja Kristus Raja dan menggunakannya sebagai pos penjagaan. Pasca kekalahan Jepang, tepatnya pada tahun 1956, Romo M. Dijkstra CM menggagas pembangunan Gereja Kristus Raja yang baru.

Setahun kemudian, pada tahun 1957, Gereja Kristus Raja diberkati dan ditahbiskan oleh Ny. Dr. MOOS. Biara, CM.

 

4. Jemaat Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) Maranatha Surabaya

Lokasi : Jalan Yos Sudarso 2-4 Kel. Ketabang, Genteng, Kota Surabaya. Mewakili arsitektur Belanda, gereja dengan garis Art Deco ini terlihat pada bentuk atap besar dan rendah serta jendela dan pintu bergaya Belanda. Gereja ini merupakan cagar budaya, hal itu tercatat dalam Sk Walikota Surabaya no. 188.45/573/436.1.2/2011.

Dikutip dari gpibmarkus.org, Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) adalah kumpulan umat Kristen Protestan di Indonesia, bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) yang bernama De Protestantse Kerk In Westelijk Indonesia pada masa Hindia Belanda.

 

5. Gereja Kristen Indonesia (GKI) Pregolan Bunder Surabaya

Lokasi: Jalan Pregolan Bunder, Surabaya Merupakan gereja yang dijadikan salah satu bangunan cagar budaya Surabaya, pembangunan gereja ini dimulai oleh Pendeta Abraham Delfos, seorang misionaris asal Belanda.

Gereja ini dibangun pada tahun 1918 dan memakan waktu pembangunan selama 3 tahun sehingga selesai pada tahun 1921. Adrian Perkasa, dosen sejarah FIB Universitas Airlangga menjelaskan, gaya arsitektur kolonial GKI Pregolan Bunder kuat. Pasalnya, gaya konstruksinya mirip dengan bangunan kolonial yang umumnya muncul di Surabaya antara tahun 1880 hingga 1920an.

Gereja ini pada mulanya bernama Gereja Gereformeerd Surabaya (GGS), didirikan pada tahun 1881 dan diresmikan oleh organisasi bernama de Christeijke Gereformeerde Kerk, mendapat status hukum pada tanggal 9 April 1893 dengan Staatblad nomor 100. GGS kemudian bergabung dengan Kelas Batavia (Jakarta) dengan anggota dari Jakarta, Surabaya dan Bandung pada tahun 1920 dan kemudian Sinode GKI Jawa Timur pada bulan November 1960.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: