Belajar Merawat Ketahanan Keluarga dari Kisah Nabi Ibrahim
Ilustrasi keluarga bahagia-Ist-radarbengkulu.disway.id
Ketahanan keluarga sendiri merupakan kemampuan untuk bertahan atau beradaptasi terhadap berbagai kondisi yang senantiasa berubah secara dinamis serta memiliki sikap positif terhadap berbagai tantangan kehidupan keluarga (Wals, 1996).
BACA JUGA:Heboh, Masyarakat Temukan Harta Karun Tertimbun Pasir, Ini Lokasinya, Banyaknya Segini
Adapun indikator dari komponen ketahanan sosial antara lain adalah melibatkan anggota keluarga dalam proses pengambilan keputusan, saling menghargai satu sama lain, serta senantiasa berkomitmen mengutamakan kepentingan keluarga (Sunarti, 2021).
Pudarnya keharmonisan dalam keluarga salah satunya adalah karena komunikasi yang tidak efektif. Kurang efektifnya komunikasi dalam keluarga akan memicu pertengkaran antara suami dan istri yang kemudian bisa berujung pada perceraian.
Data dari Badan Pusat Statistik tahun 2022 menunjukkan bahwa sebanyak 284.169 kasus perceraian (63,41% dari total kasus) disebabkan oleh perselisihan dan pertengkaran.
Kurangnya komunikasi di lingkungan keluarga juga akan berdampak pada hubungan orang tua dan anak. Anak yang jarang diajak ngobrol atau dialog bisa menyebabkan kurangnya koneksi emosional dengan orang tuanya.
BACA JUGA:Wow! Inilah Ajang Silaturahmi Terbesar Warga Bengkulu
Akibatnya anak merasa kurang dekat dengan orang tuanya, sulit membuka diri, serta kurangnya rasa percaya anak kepada orang tuanya.
Kisah Ibrahim dan Ismail menjadi pengingat bagi kita akan pentingnya belajar dialog dalam mahligai keluarga. Pembiasaan berdialog dengan anggota keluarga akan mendorong kita terlibat dalam percakapan yang terbuka, jujur, dan tulus.
Melalui dialog kita juga dapat membangun jembatan yang akan merawat dan menyatukan hati, di mana setiap anggota keluarga merasa didengar, dihargai, dan dicintai.
Selamat Hari Keluarga Nasional
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: https://radarbengkulu.disway.id