Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim AS

Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim AS

M. Sururi, M.H.I-Adam-radarbengkulu

 

Ibrahim adalah pemimpin bagi keluarganya, pemimpin bagi umatnya. Dan Ibrahim telah menunjukkan kepada kita bahwa hakikat dari kepemimpinan itu adalah amanah, perjuangan dan pengorbanan.. Aspek ini yang sekarang sudah dilupakan.

Banyak orang yang menganggap kepemimpinan dan jabatan merupakan kesempatan dan kekuasaan. Sehingga jika di zaman Rasul dan para sahabat saling menolak untuk diberi jabatan, maka hari ini orang justru bersaing, bertanding dan berebut untuk mendapatkan jabatan dan kepemimpinan tersebut.

 

Akhirnya seringkali jabatan bukan lagi pengorbanan, akan tetapi alat untuk mencari korban. Demi jabatan orang rela menghalalkan segala cara. Saling sikut kawan seiring, menggunting dalam lipatan. Teman di atas ditarik, kawan di bawah dipijak.

Jika ini terjadi, rakyatlah yang akan menjadi korban sebab orang yang menjadikan jabatan sebagai kesempatan dan alat kekuasaan akan membela para kroninya, meskipun salah dan menegakkan hukum dengan tegas kepada orang yang bukan dalam kelompoknya.

Ini yang sering disebut dengan penegakkan hukum yang tebang pilih. Mereka lupa kalau perbuatan ini akan menghancurkan bangsa dan negara sebagaimana sabda Rasul SAW  yang atinya:

''Sesungguhnya kehancuran  umat terdahulu terjadi ketika pelaku kesalahan kelompok elit mereka tutupi. Namun jika yang melakukan kesalahan masyarakat biasa, maka mereka tegakkan hukum. Demi Allah, jika anakku Fatimah mencuri, aku sendiri yang akan memotong tangannya.'' (HR.Bukhari, Muslim)

 

Kepemimpinan dalam Islam adalah perjuangan dan pengorbanan demi kesejahteraan dan kebahagiaan umat dan bangsa. Hal ini yang telah dicontohkan Ibrahim sebagai pemimpin yang harus dijadikan pedoman untuk kehidupan kita hari ini.

Lalu bagaimana pula sikap Ismail yang akan disembelih ayahnya ? Apakah remaja ini lari, takut dan melawan kepada orang tuanya ? Maka pada saat Ibrahim berkata : Ismail paham kalau penyembelihan bermakna kematian. Maka dia akan meninggalkan masa mudanya, meninggalkan ibu yang selama ini membesarkannya. 

 

Namun dengan tenang anak remaja itu menjawab, ''Wahai ayahku, jangan ragu. Lakukan apa yang diperintahkan Allah kepadamu. In shaa Allah aku termasuk orang yang sabar.''

Dengan keyaqinan tauhid yang tinggi Nabi Ismail mampu melaksanakan perintah yang sangat berat ini. Sungguh Ismail muda menjadi inspirasi generasi muda Islam hari ini. Betapa besar peranan generasi muda dalam meneruskan, merampungkan serta mempertahankan warisan para pendahulu, para pejuang kita yang telah tiada.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: radarbengkulu