Inilah Kisahnya Fatmawati dan Bung Karno di Bengkulu (26) - Bertugas dalam Suasana Perang

Inilah Kisahnya  Fatmawati dan Bung Karno di Bengkulu  (26) - Bertugas dalam Suasana Perang

Lokasi Musala Aisyiyah dekat SD Muhammadiyah ini tempo dulu dijakan sebagai Pos Panitia Penolong Korban Perang-Azmaliar Zaros-radarbengkulu.disway.id

 

Oleh Belanda, 3 peti buku dibakar. Hanya 8 peti lagi yang dapat diselamatkan. Itulah yang dapat dia simpan ditempatnya bersembungyi. Yaitu di rumah kakak ayahnya. Sepeda  dititipkan di rumah teman akrabnya.

Dalam berkecamuknya perang itu, ibunya bertugas di pos Panitia Penolong Korban Perang (PKP). Tempat itu berdekatan dengan Musala Aisiyah yang siap  memberi pertolongan kepada korban perang.

BACA JUGA:Alat Praktik Kurang, Presiden Jokowi Janji Kirim Peralatan Praktik ke SMKN 2 Benteng

 

Fatmawati mencoba menguatkan hatinya dalam menghadapi percobaan semacam itu. Jika sedang bersama-sama ibu, ia selalu dihibur dengan kata yang penuh semangat dan keimanan.

Karena perang berkobar, maka korban manusia pun berserakan. Para korban biasanya diangkut  dan diberi pertolongan secukupnya . Banyak anak-anak yang kehilangan orangtuanya.

BACA JUGA:Jalan Terpendek Dunia Itu Ada di Bengkulu? Namanya Ini, Ini Nomornya, Yang Menempati Ini

 

Jerit tangis kesakitan dan rintihan menusuk hati. Bekas-bekas militer Belanda beserta keluarga yang turun dari pegunungan sebelum diberangkatkan diberikan warga makan dan obat-obatan .

Sesudahnya terus dibawa ke kapal yang masih tersedia di pelabuhan. Makanan yang ada hanyalah makanan dalam kaleng . Seperti sardencis, kornet.

BACA JUGA:Diresmikan Presiden, Tol Bengkulu -Lubuk Linggau Dilanjutkan

 

Fatmawati bertugas dibagian dapur . Di samping itu juga mengurus anak-anak yang kehilangan orangtuanya serta mengobati yang luka-luka.

Suatu ketika kira-kira jam 12 siang, datanglah para pengungsi Belanda (militer) di tempat markasnya dengan membawa orang luka-luka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: https://radarbengkulu.disway.id