Cerpen: Penculik Anak Kecil
Ilustrasi Penculik Anak Kecil-Fahmi-radarbengkulu
“Parah lu Ki, ninggalin aku. Ehh Fikri nggak bisa diajak keluar ya. Kok nggak ada?”
Kevin duduk di lantai. Menyandarkan punggungnya di dinding warung.
“Lahh nggak sekalian kerumah dia emang?” ujar Tama sambil memasukkah permen berbentuk kaki berwarna merah kedalam mulutnya.
“Yahhh ,katanya kamu mau ajak dia, aku ajak Zaki. Gimana sih?” Protes Kevin.
“Yaa elah sekalian aja tadi, kan rumahnya dilewatin,” ujar Tama tampa rasa bersalah.
“Ya udah yuk jemput Fikri sekarang, keburu petang nanti,” ujar Zaki mencegah keributan.
Akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk berangkat bersama untuk menjenguk Fikri. Namun setelah sampai di depan rumah Fikri, mereka bertiga menghembuskan napas kasar.
Situasi di rumah Fikri lebih parah dari pada rumah Zaki. Bapak dan ibu Fikri berada di depan rumah. Mereka menikmati suasana siang hari sambil asyik bercerita. Ntah kenapa semua orang tua di rumah hari ini, biasanya mereka selalu pergi ke kebun saat siang hari seperti ini.
“Yaaaaa, udah nggak bisa diakalin lagi ini mah,” ujar Zaki kecewa.
“Kita pamit aja langsung sama orang tuanya, mau gimana lagi,” ujar Tama, lalu melangkah lebih dulu menjenguk kedua orang tua Fikri dengan santai sambil memakan permennya.
“Bang uyyy, aaa elah ni orang,” Kevin dan Zaki menyusul Tama yang berjalan lebih dulu tampa perencanaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: radarbengkulu